
Jakarta, 31 Oktober 2025 – IPTI Mengapresiasi Universitas Paramadina dan Forum Sinologi Indonesia atas Kesempatan Diskursus Ekonomi Indonesia‑Tiongkok. Pada tanggal 31 Oktober 2025, Jakarta menjadi saksi pertemuan penting antara Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI) dan berbagai lembaga akademik serta kebijakan. Forum Sinologi Indonesia dan Paramadina Asia and Pacific Institute (PAPI) mengundang para pemangku kepentingan untuk membahas hubungan perekonomian antara Indonesia dan Tiongkok. Kegiatan ini bertujuan memperkuat dialog antara sektor swasta, akademisi, dan pemerintah dalam konteks globalisasi ekonomi.
IPTI, sebagai organisasi yang mewakili komunitas Tionghoa‑Indonesia, memanfaatkan kesempatan ini untuk mengekspresikan pandangan strategisnya. Organisasi tersebut menekankan pentingnya kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional sambil memelihara hubungan bilateral yang saling menguntungkan. Forum ini juga menyoroti peran Indonesia sebagai pusat perdagangan di Asia Tenggara.
Kehadiran berbagai tokoh penting menandai pentingnya peran IPTI dalam membangun jembatan antara kepentingan komunitas Tionghoa‑Indonesia dan kebijakan nasional. Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi konkret bagi pengembangan sektor ekonomi yang lebih inklusif. Rangkaian acara berlangsung di kampus Universitas Paramadina, menandai sinergi antara dunia akademik dan praktisi bisnis.

Universitas Paramadina berperan sebagai tuan rumah utama acara ini, menyediakan fasilitas dan platform yang memfasilitasi dialog terbuka. PAPI, sebagai lembaga riset yang fokus pada Asia dan Pasifik, menambahkan dimensi analitis terhadap topik ekonomi bilateral. Kedua lembaga ini menegaskan komitmen mereka terhadap pembentukan kebijakan berbasis data dan penelitian yang mendalam.
Kehadiran akademisi dari Universitas Paramadina menambah kredibilitas diskursus, dengan berbagai studi kasus yang menunjukkan tren perdagangan Indonesia‑Tiongkok. PAPI menyediakan kerangka teoretis yang memudahkan peserta memahami dinamika geopolitik dan ekonomi di kawasan. Keterlibatan kedua lembaga ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam membentuk kebijakan ekonomi.
Selain itu, Universitas Paramadina menawarkan jaringan alumni yang luas, termasuk para pemimpin bisnis dan pejabat pemerintah. Hal ini memperkuat potensi kolaborasi lintas sektor, memungkinkan ide-ide inovatif diterapkan secara praktis. PAPI berperan sebagai fasilitator, memastikan setiap perspektif didengar secara adil dan terstruktur.
Baca juga : Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia Banten Sukses Gelar Kejurda Barongsai dan Naga IPTI Cup 2025
Yen-Yen Kuswati, sebagai Sekretaris Jenderal IPTI sekaligus perwakilan Kamar Dagang Indonesia (Kadin), memimpin sesi pembicaraan dengan fokus pada perspektif pengusaha. Ia menekankan bahwa hubungan ekonomi Indonesia‑Tiongkok merupakan peluang strategis bagi pelaku usaha Indonesia untuk memperluas pasar. Kuswati menyoroti pentingnya kebijakan perdagangan yang mendukung investasi dan inovasi.
Menurutnya, sinergi antara industri manufaktur dan teknologi di Indonesia dapat memanfaatkan keahlian Tiongkok dalam produksi massal. Ia juga menyoroti peran modal asing dalam memperkuat rantai pasok nasional. Kuswati mengajak semua pihak untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan pendekatan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Kuswati menutup pidatonya dengan harapan bahwa dialog ini akan menghasilkan kebijakan yang menguntungkan kedua belah pihak. Ia menegaskan bahwa pengusaha Indonesia siap beradaptasi dengan dinamika global, sambil tetap menjaga nilai-nilai nasional. Pesan utamanya adalah kolaborasi lintas sektor sebagai kunci untuk memperkuat perekonomian nasional.
Baca juga : DPP IPTI Ucapkan Selamat kepada Pengurus DPD KNPI Kab Sukabumi Periode 2025–2028

Septeven Huang hadir mewakili IPTI dan menyampaikan visi organisasi yang bersifat Indonesia‑sentris. Ia menegaskan bahwa IPTI bertugas membela kepentingan nasional Indonesia, sekaligus memperkuat kontribusi komunitas Tionghoa‑Indonesia terhadap perekonomian. Huang menekankan pentingnya identitas nasional dalam kebijakan ekonomi yang berkelanjutan.
Huang menyoroti peran IPTI dalam memfasilitasi dialog antara komunitas Tionghoa‑Indonesia dan pemerintah. Ia menegaskan bahwa organisasi ini berkomitmen pada integritas dan transparansi, menjaga agar kepentingan nasional tetap terjaga. Huang juga menekankan bahwa IPTI berperan aktif dalam mendukung kebijakan fiskal dan investasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pernyataan Huang diakhiri dengan harapan bahwa IPTI akan terus berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia. Ia menegaskan bahwa kolaborasi lintas etnis dan sektor akan memperkuat daya saing Indonesia di panggung global. Huang mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun masa depan yang lebih sejahtera.
Diskusi ini menimbulkan beberapa implikasi strategis bagi hubungan ekonomi Indonesia‑Tiongkok. Pertama, peran IPTI sebagai mediator dapat memperkuat kepercayaan antara pelaku bisnis dan pemerintah. Kedua, kolaborasi antara Universitas Paramadina dan PAPI menambah dimensi akademis yang dapat memandu kebijakan berbasis bukti. Ketiga, perspektif pengusaha menyoroti potensi pasar dan investasi yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Kebijakan yang dihasilkan dari forum ini diharapkan akan mempromosikan perdagangan yang lebih adil dan seimbang. Hal ini dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar Tiongkok. Selain itu, dialog ini menegaskan komitmen Indonesia terhadap pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dampak jangka panjang dari forum ini akan terlihat dalam peningkatan investasi asing langsung dan peningkatan kolaborasi R&D. Hal ini juga dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai hub logistik dan manufaktur di Asia Tenggara. Dengan demikian, forum ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat hubungan ekonomi bilateral yang saling menguntungkan.

Acara pada 31 Oktober 2025 menegaskan komitmen IPTI, Universitas Paramadina, dan PAPI untuk memperkuat hubungan ekonomi Indonesia‑Tiongkok melalui dialog terbuka dan kolaborasi lintas sektor. Pesan utama yang diangkat adalah pentingnya identitas nasional, integritas, dan inovasi dalam membangun perekonomian yang berkelanjutan.
Dengan dukungan berbagai pemangku kepentingan, forum ini membuka peluang baru bagi pelaku usaha dan kebijakan publik. Di masa depan, sinergi antara komunitas Tionghoa‑Indonesia, akademisi, dan pemerintah diharapkan akan membawa Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan kompetitif.
